Isu radikalisme terus dicanangkan, upaya
deradikalisasi terus dilakukan. Dari Menkopolhukam hingga Mentreri Agama pun
sepakat bahwa radikalisme itu ditujukan untuk islam. Ini dibuktikan dari ucapannya
ketika di wawancara saat melakukan
silaturahmi dengan ASN Kemenag Aceh dan Ulama Aceh yang berlangsung di Asrama
Haji Banda Aceh, Minggu (17/11/2019). Beliau mengaitkan radikalisme dengan
ayat-ayat Al Quran. Katanya hal tersebut menimbulkan perpecahan dan
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. (rri.co.id)
Upaya deradikalisasi yang dilakukan memang
sangat serius mendapatkan porsi di kementerian terkait. Radikalisme yang
ditujukan untuk islam semakin terlihat dan terbukti dengan kebijakan yang dilakukan
oleh Menteri Agama itu sendiri. Beliau merombak 155 buku agama islam yang
terkait konten khilafah. Hal tersebut didukung oleh Direktur Eksekutif Setara Institute, Ismail Hasani. Ismail mengatakan dalam sejumlah
temuan, buku-buku pelajaran agama ini memang mengandung ada materi-materi
berbau kekerasan, atau mengajarkan kekerasan atas nama agama. Termasuk di
antaranya gagasan khilafah.
Bukan hanya
itu, Penghapusan materi perang di mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
akan diberlakukan pada tahun ajaran 2020. Hal tersebut diungkapkan oleh
Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah
Kementerian Agama, Ahmad Umar. Baik untuk Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), ataupun di Madrasah Aliyah (MA) (https://khazanah.republika.co.id/berita/pxrnlt320/kemenag-akan-hapus-materi-perang-dari-kurikulum-madrasah)
Ismail
mengatakan bahwa dihapusnya materi tentang perang akan diganti dengan
dimasukkan materi tentang masa-masa kejayaan Islam. Baik itu kejayaan Islam di
Indonesia atau Islam di dunia. Agar Islam tidak lagi dianggap sebagai agama
yang radikal, atau agama yang selalu saja dikaitkan dengan perang oleh
masyarakat Indonesia.
Hari ini umat Islam semakin dijauhkan dari keislamannya itu
sendiri. Seakan umat muslim harus takut dengan ajarannya. Arus sekularisme
semakin gencar dan deras. Ajaran islam cukup tahu saja tanpa harus dituntut
dalam pelaksanaannya. Kelompok yang menyuarakan Islam politis diberikan stigma
negatif radikal. Padahal radikalisme itu hanyalah setingan yang tidak pernah
ditemukan realitasnya. Negara sendirilah yang menebar teror rakyatnya.
Teror baru itu bernama deradikalisasi
Dengan
buzzer-buzzer politiknya suara mengenai seramnya khilafah terus digaungkan.
Sebenarnya hal seperti ini sudah diberitakan oleh rasulullah saw. di masa lalu
: Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipu daya, ketika
orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka
mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada
masa itu, Ruwaibidhah akan berbicara. Mereka bertanya.” Mereka bertanya,
“Apakah Ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh
(yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR. Ibnu Hakim dalam Al
Mustadrak)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa nanti
di akhir zaman orang-orang bodoh yang tak paham ilmu tentang diin ikut berbicara tentang agama. Saat ini kita
berada di akhir zaman dan mengalami kejadian persis seperti yg dikabarkan oleh
Rasulullah saw dimana orang-orang termasuk bagian dari penguasa berupaya
menghukumi ajaran Islam mana yg bisa diambil mana yg tidak , bak makanan dalam
prasmanan yg sesuai selera dimakan dan yang tidak diabaikan. Ajaran Islam yang
mengancam keberlangsungan rezim kemudian dirombak narasi dan implementasinya.
Memang mereka tidak akan berani merombak isi Al Quran, tapi sejatinya mereka
sedang mengubah arah implementasi ayat dan mengerdilkan ajaran Islam.
Di sisi lain, hal ini justru ini membuktikan bahwa mereka menafsirkan
agama tanpa ilmu. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا
يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ
النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Allah
tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan
mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika Allah tidak
menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang
bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu,
sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari
no:100, Muslim, dan lainnya)
Hadits ini menunjukkan bahwa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqiyas
(membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Alloh halalkan
dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan tanpa dia
ketahui, maka inilah orang yang mengqiyas dengan akalnya, sehingga dia sesat
dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh
Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi)
Alhasil, menghapus ajaran tentang khilafah adalah sama dengan
menghapus ajaran tentang shalat. Sebab keduanya adalah ajaran Islam yang ada
dalilnya. Apa sebutan yang tepat untuk manusia yang dengan sengaja menghapus
sebagian ajaran Islam hanya karena mengancam kepentingan rezim?
Sudah
sepatutnya kita sebagai muslim, hamba Allah untuk mau di atur dengan aturan-Nya
secara keseluruhan. Jangan justru terpengaruh dan terbawa arus opini yang
digaungkan hari ini mengenai khilafah. Juga wajib
bagi kaum Muslimin untuk mewaspadai segala upaya untuk menghalangi tegaknya
kembali sistem Islam dalam wujud proyek de-radikalisasi
Komentar
Posting Komentar