Langsung ke konten utama

Venezuela, Bukti Kecacatan Sistem Kapitalisme





Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar Venezuela? Tim pesepak bolanya yang keren kah? atau sumber perminyakan dan orang-orang kayanya kah? Tidak salah, tidak juga benar. Sudahkah kamu mendengar kondisi Venezuela saat ini? Seperti dilansir Aljazirah, di seluruh negara Amerika Selatan yang kaya minyak, pemadaman listrik kronis terjadi, infrastruktur hancur, dan kekurangan bahan kebutuhan pokok membuat tentara dan polisi terpaksa menjaga pasokan makanan. Bahkan, hiperinflasi di Venezuela menyebabkan negara ini kini tercatat sebagai negara dengan kinerja perekonomian terburuk di dunia. Perekonomian Venezuela 95 persennya bergantung pada sektor minyak. Maka tak heran, pascamenurunnya harga minyak mentah dunia, perekonomian negara ini terguncang, bahkan nyaris runtuh. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, Venezuela sekarang ini sebagai negara dengan tingkat inflasi terbesar di dunia. Mereka memperkirakan, inflasi Venezuela bisa mencapai 700 persen tahun ini. Waw bukan?

Berdasarkan survei terbaru dari tiga universitas besar mengatakan, 87 persen dari responden di Venezuela mengklaim pendapatan mereka saat ini tak cukup untuk membeli makanan. Dalam penelitian terhadap hampir 1.500 keluarga, ditemukan meningkatnya persentase orang yang melakukan diet karbohidrat. Bahkan, 12 persen dari responden mengatakan, mereka tak lagi makan tiga kali sehari. Menyedihkan bukan? Belum lagi terkait permasalahan tidak ditemukannya lagi sumber air bersih, rela makan daging busuk, dan hal mengenaskan lainnya.

Sebenarnya kejadian ini sudah lama terjadi yaitu sejak kematian mantan presiden Hugo Chavez pada tahun 2013. Lalu hiperinflasi ini apakah kesalahan daripada presiden yang menjabat setelah Hugo Chavez yaitu Nicolas Maduro? Mari kita tilik.

Pada mulanya, Ketika Hugo Chavez —seorang mantan perwira militer— terpilih sebagai presiden pada tahun 1998, ia mewarisi sebuah negara berpenghasilan menengah yang dilanda ketimpangan yang mendalam. Pemberangusan demokrasi parlementer dan penyebaran korupsi dan salah kelola di perusahaan-perusahaan milik negara, meningkat setelah tahun 2010, di tengah jatuhnya harga minyak. “Perang ekonomi” Chavez terhadap kelangkaan menyebabkan hiperinflasi dan runtuhnya industri sektor swasta. Dalam upaya menstabilkan ekonomi dan mengendalikan harga barang-barang penting, Chavez memperkenalkan kontrol ketat terhadap pertukaran mata uang asing, tetapi mekanisme itu segera menjadi alat untuk korupsi.

Dari sana kita melihat bahwa permasalahan ketimpangan sudah terjadi sejak dahulu. Bagaimana permasalahan jatuhnya harga minyak pun sudah dialami saat masa Chavez memimpin dan segala upaya Chavez dalam menstabilkan ekonomipun telah dilakukan. Hingga memberlakukan kontrol ketat terhadap pertukaran mata uang asing yang justru digunakan menjadi alat untuk korupsi. Maka persoalan turunnya harga minyak dunia, masalah siapa yang memimpin dan siapa yang mengelola itu hanyalah 3 cabang persoalan dari 1 permasalahan yang mengakar. Setiap solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan cabang tersebut justru menimbulkan permasalahan baru yang juga membutuhkan solusi. Jelas! Ketika ingin menyelesaikan permasalahan, selagi bukan akarnya yang dicabut pasti akan menimbulkan permasalahan baru, tutup lubang gali lubang. Lalu apa akar permasalahan sebenarnya?

Oh! Nyatanya, tidak semua masyarakat Venezuela merasakan kesengsaraan tersebut. Dilansir dari tribun bahwa ternyata Venezuela  mengalami kesenjangan sosial yang sangat besar dengan semua orang kaya sebagai pemilik bisnis di negara itu. Mengakibatkan warga miskin semakin miskin. Hal itu pun membuktikan para kaum pemilik modal bercokol disana. Sungguh ketimpangan yang sangat luar biasa jomplang.

Sistem kapitalisme yang diagung-agungkan saat ini sangat jauh dengan fakta yang ada. Jelas, akar permasalahannya adalah sistem kapitalisme yang menjadi dasar ideologi negara. Kapital yang artinya pasar isme yang berarti paham. Ya, kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Kasus Venezuela adalah bukti kecacatan dari sistem kapitalisme ini, tidak bisa dielak lagi! Kasus ini, adalah satu dari sekian milyar kasus penderitaan masyarakat korban dari diterapkannya sistem kapitalisme. Mau bukti apa lagi? bahwa sistem kapitalismelah yang sedang berjalan dan menguasai dunia.

Solusi yang sangat solutif adalah dengan mencabut sistem kapitalisme hingga akarnya, bukan lagi hanya memikirkan solusi ditingkat permasalahan cabang, karena tidak akan pernah selesai, ya lagi-lagi justru timbul permasalahan baru. Apakah sistem ideal untuk menggantikan sistem bobrok ini?

Islam hadir bukan sebatas agama. Islam tercipta dengan seperangkat aturan kehidupan hingga bagaimana menuntaskan permasalahan pengelolaan ekonomi, semuanya ada di islam. Ketika islam dibandingan dengan kapitalisme atau sosialisme, islam punya jawabannya dari masalah thought ataupun method. Ini lagi-lagi membuktikan islam bukan sekedar agama tapi islam adalah ideologi yang mampu  mengatur segala urusan hingga permasalahan ditingkat global. Dari peraturan yang mengatur sistem sosial, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik, bahkan juga sistem pemerintahan. Perlu diingat yang namanya sistem tidak bisa diterapkan sebagian dan ditinggalkan yang lainnya. Maka, ini memperjelas keharusan mengganti sistem harus dari akar! Tidak bisa dicampur padukan antara ideologi satu dengan ideologi lainnya.

Terkait tentang bagaimana islam mengatur atas sistem ekonomi, islam telah menetapkan asasnya, yaitu; pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan hak milik, dan distribusi kekayaan ditengah masyarakat.

Asas pertama: pemilikan, yaitu tatacara yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan manfaat yang dihasilkan oleh jasa atau barang tertentu. Asas Kedua: pengelolaan pemilikan, yaitu cara yang wajib dilaksanakan oleh seseorang ketika menggunakan atau memanfaatkan hartanya, terdapat dua cara yaitu pengembangan harta dan pembelanjaan hak milik. Asas Ketiga: Distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Dalam hal ini Islam telah mensyariatkan hukum-hukum yang mampu menjamin distribusi kekayaan di tengah masyarakat secara adil, maka tidak akan terjadi yang namanya ketimpangan yang sangat amat jomplang seperti sistem sekarang ini.

Poin plus yang harus diperhatikan lagi adalah, semua aturan ini tercipta dari zat yang maha mengetahui segala sesuatu, yaitu Allah Swt. maka, ketika aturan tercipta dari Allah, tidak akan ada yang namanya melibatkan nafsu dalam memutuskan segala sesuatu, dan pastinya terbaik dibandingkan aturan manapun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Sekedar Fenomena Alam

Pada pekan kedua Agustus tahun 2018 ini, kekeringan terus melanda di sejumlah wilayah di Indonesia. Sejumlah daerah telah mengalami hari tanpa hujan ekstrem atau lebih dari 60 hari sehingga daerah-daerah tersebut perlu mewaspadai terjadinya kekeringan. Di Jawa Timur, ada 442 desa yang mengalami kekeringan. Di antara desa yang mengalami kekeringan itu, 199 desa di antaranya mengalami kekeringan kritis yang berarti tidak ada potensi air. (https://beritagar.id/artikel/berita/kekeringan-ekstrem-di-sejumlah-wilayah-indonesia). Hal ini sebenarnya bisa menjadi bahan bermawas diri untuk para kaum muslimin. Bukankah Allah berfirman dalam surat ar-rum ayat 41: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Kekeringan yang terjadi pada bulan Agustus sebenarnya bukan hanya sekedar fenomena alam. Adanya ketidak teraturan dalam pen...

Indonesia dengan Hipokrit Demokrasi: Pembungkaman Mahasiswa

Indonesia diramaikan dengan demonstrasi beberapa minggu ini, dimulai sejak 6 Oktober 2020 oleh mahasiswa dan menyusul gelombang selanjutnya oleh para buruh, pelajar STM, dan kalangan masyarakat lainnya untuk melawan serta menunjukkan ketidaksetujuan atas pengesahan UU Omnibus Law. Pengesahan yang dilakukan secara terburu-buru dan mengendap-endap oleh DPR serta tidak adanya keberpihakan terhadap rakyat menimbulkan banyak tanya. Dilansir dari vivo.co.id bahwa total kurang lebih 6 ribu massa turun ke jalan. Namun terdapat respon miring berupa dugaan bahwa ada dalang dibalik demonstrasi. Diduga massa yang turun ke jalan telah disponsori oleh beberapa oknum (detikfinance.com).  Dugaan tersebut ternyata didukung kuat oleh beberapa pihak salah satunya oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, beliau mengatakan, "Sebetulnya pemerintah tahu siapa behind demo itu. Kita tahu siapa yang menggerakkan, kita tahu siapa sponsornya. Kita tahu siapa yang membiayainya,"(detikfinance.com). ...

Utopis Memberantas Korupsi dengan Demokrasi

Bulan Juli ini kita dikejutkan dengan sebuah berita yang sebenarnya sudah dari lama hal itu ada. Yaitu tentang kemewahan lapas bagi para koruptor juga narapidana lainnya. Fasilitas-fasilitas mewah ditemukan di kamar lapas. Dilansir dari Liputan6 Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang mengaku kecewa terkait adanya fasilitas mewah di dalam Lapas yang mayoritas berisi narapidana korupsi tersebut. Padahal, kata Saut, KPK telah bersusah payah untuk membuktikan perbuatan para terpidana korupsi hingga akhirnya divonis bersalah oleh pengadilan. Peneliti Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Almas Sjafrina menilai, pemerintah harus segera membenahi sistem lembaga pemasyarakatan (lapas), terutama lapas kasus korupsi."Bagaimana koruptor bisa jera dan tidak mengulangi perbuatannya kalau fasilitas yang mereka peroleh di lapas masih dalam tanda kutip istimewa dibandingkan napi lain?" kata Almas di Jakarta, Minggu (29/7/2018). Menurut Almas, terbongkarnya kasus fasilitas ...