Langsung ke konten utama

Akibat Sekulerisme: Kering, Kering, Kering!




Lo bisa bayangin gak hidup tanpa cinta? Kering, kering, kering!” Ucap seorang politisi muda yang lagi naik daun dikalangan artis, anak muda, dan masyarakat lainnya. Video yang berdurasi 5 menit 6 detik itu sedang menjadi buah bibir khususnya dikalangan para asatidz dan para pembela islam. Diupload oleh akun GEOLIVE.ID lewat youtube, video ini berhasil lagi-lagi memunculkan pro dan kontra diantara masyarakat.

Percakapan ini bermula ketika host menanyakan pendapat mengenai hashtag Indonesia Tanpa Pacaran yang sedang viral di gembar-gemborkan. Tanggapan sang politisi muda menanggapi hal tersebut membuat mata tertuju untuk melihatnya. “Sekarang yang jadi pertanyaan buat gua, kalo lo ngelarang orang buat pacaran terus kalo orang jatuh cinta harus apa? Harus mendem?” katanya.

Pacaran adalah suatu hal yang memang lumrah dan sudah menjadi pemikiran umum di kalangan masyarakat; untuk menikah harus diawali dengan pacaran, seakan-akan pacaran adalah langkah yang wajib untuk dilakukan agar memiliki jodoh. Justru aneh jika seseorang  tidak memiliki pacar. Bagaimana bisa untuk menikah nantinya? Apakah faktanya memang seperti itu? Apakah benar pacaran adalah hal yang utama agar bisa langgeng untuk bersanding dengan suami/istri kelak? Apakah benar pacaran adalah hal yang benar untuk menyalurkan rasa cinta yang tumbuh?

Pada faktanya, tidak sedikit perceraian terjadi menimpa pasangan yang melalui tahap pacaran yang bahkan waktu pacaran mereka lalui bertahun-tahun. Baru 5 tahun atau bahkan 6 bulan menikah  perceraian terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh pihak pengadilan daerah Antapani yang mengatakan bahwasannya perceraian di usia muda semakin meningkat (2017). Belum lagi sering kita dengar pasangan artis yang cerai yang lagi-lagi melalui tahap pacaran yang lama, dan masih banyak lagi kasus serupa seperti ini.

Itu semua membuktikan bahwasannya pacaran bukanlah satu-satunya cara untuk bisa terus bersama selamanya dan melampiaskan perasaan cinta yang tumbuh secara tak terkontrol tersebut seperti yang dikatakan politisi muda itu dalam videonya beliau mengatakan, “… jatuh cinta inikan sesuatu yang tidak direncanakan …”

Opini yang dilontarkan politisi muda tersebut seakan-akan benar. Karena beliau mengatakan sesuatu yang biasa terjadi dimasyarakat (re: pacaran). Pacaran adalah sebuah trend yang lahir dari sistem saat ini. Kebebasan yang dianut pada sistem ini benar-benar menciptakan pemikiran bebas yang sangat ganas. Sesuatu yang biasa terjadi bukan berarti benar keberadaannya. Itu seakan-akan benar karena sudah tersistemkan secara mengakar. Tidak lain dan tidak bukan ini disebabkan dari sistem sekulerisme dimana kebebasan diatas segala-galanya. Hingga muncul kebebasan dalam pergaulan dan tak ada aturan yang mengikat.

Sesuatu yang tidak memiliki aturan pasti tidak akan baik. Tidak usah dipungkiri bahwa banyak keburukan yang terjadi dari adanya pacaran; hamil diluar nikah, patah hati, aborsi, dan bisa menghantarkan pada keburukan yang lebih buruk lagi. Lalu jika bukan pacaran bagaimana menyalurkan perasaan yang memang fitrah ini?

Di dalam islam hal seperti ini pun ada aturan yang mana aturannya jelas menentramkan hati. Bagi para wanita dan lelaki yang sudah tidak bisa menahan syahwatnya diwajibkan untuk menikah. Akan tetapi ketika belum memiliki kesiapan dari segi ilmu, ekonomi, dan hal lainnya maka berpuasalah karena puasa bisa menjaga diri dari nafsu. Jika hal tersebut diterapkan ketika sistem masih seperti ini maka itu akan menjadi hal yang aneh bahkan sulit untuk diterapkan. Di sistem sekuler ini menikah bukan hal yang mudah atau memang sengaja dipersulit.

Selain menikah, islam pun memberikan solusi dengan tindakan preventif; penjagaan pergaulan antara pria dan wanita yang memiliki batasan. Jika hal tersebut terjadi, maka perasaan pun akan terjaga dari yang namanya jatuh cinta. Karena walaupun perasaan itu muncul tidak terkontrol, akan tetapi pasti ada pemantiknya. Jika pemantiknya saja sudah terjaga maka mustahil jika tetap mudah untuk jatuh cinta.

Lagi-lagi hal tersebut tidak bisa dilakukan disistem saat ini. untuk menerapkan solusi-solusi tersebut dibutuhkan penerapan islam secara menyeluruh karena aturan islam satu dengan  yang lainnya saling berkesinambungan. Untuk bisa diterapkan secara nyaman dan tentram butuh sebuah sistem untuk menerapkan islam secara kaffah. Karena islam tidak berdiri diatas akar sistem lain, islam memiliki akarnya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Sekedar Fenomena Alam

Pada pekan kedua Agustus tahun 2018 ini, kekeringan terus melanda di sejumlah wilayah di Indonesia. Sejumlah daerah telah mengalami hari tanpa hujan ekstrem atau lebih dari 60 hari sehingga daerah-daerah tersebut perlu mewaspadai terjadinya kekeringan. Di Jawa Timur, ada 442 desa yang mengalami kekeringan. Di antara desa yang mengalami kekeringan itu, 199 desa di antaranya mengalami kekeringan kritis yang berarti tidak ada potensi air. (https://beritagar.id/artikel/berita/kekeringan-ekstrem-di-sejumlah-wilayah-indonesia). Hal ini sebenarnya bisa menjadi bahan bermawas diri untuk para kaum muslimin. Bukankah Allah berfirman dalam surat ar-rum ayat 41: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Kekeringan yang terjadi pada bulan Agustus sebenarnya bukan hanya sekedar fenomena alam. Adanya ketidak teraturan dalam pen...

Indonesia dengan Hipokrit Demokrasi: Pembungkaman Mahasiswa

Indonesia diramaikan dengan demonstrasi beberapa minggu ini, dimulai sejak 6 Oktober 2020 oleh mahasiswa dan menyusul gelombang selanjutnya oleh para buruh, pelajar STM, dan kalangan masyarakat lainnya untuk melawan serta menunjukkan ketidaksetujuan atas pengesahan UU Omnibus Law. Pengesahan yang dilakukan secara terburu-buru dan mengendap-endap oleh DPR serta tidak adanya keberpihakan terhadap rakyat menimbulkan banyak tanya. Dilansir dari vivo.co.id bahwa total kurang lebih 6 ribu massa turun ke jalan. Namun terdapat respon miring berupa dugaan bahwa ada dalang dibalik demonstrasi. Diduga massa yang turun ke jalan telah disponsori oleh beberapa oknum (detikfinance.com).  Dugaan tersebut ternyata didukung kuat oleh beberapa pihak salah satunya oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, beliau mengatakan, "Sebetulnya pemerintah tahu siapa behind demo itu. Kita tahu siapa yang menggerakkan, kita tahu siapa sponsornya. Kita tahu siapa yang membiayainya,"(detikfinance.com). ...

Utopis Memberantas Korupsi dengan Demokrasi

Bulan Juli ini kita dikejutkan dengan sebuah berita yang sebenarnya sudah dari lama hal itu ada. Yaitu tentang kemewahan lapas bagi para koruptor juga narapidana lainnya. Fasilitas-fasilitas mewah ditemukan di kamar lapas. Dilansir dari Liputan6 Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang mengaku kecewa terkait adanya fasilitas mewah di dalam Lapas yang mayoritas berisi narapidana korupsi tersebut. Padahal, kata Saut, KPK telah bersusah payah untuk membuktikan perbuatan para terpidana korupsi hingga akhirnya divonis bersalah oleh pengadilan. Peneliti Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Almas Sjafrina menilai, pemerintah harus segera membenahi sistem lembaga pemasyarakatan (lapas), terutama lapas kasus korupsi."Bagaimana koruptor bisa jera dan tidak mengulangi perbuatannya kalau fasilitas yang mereka peroleh di lapas masih dalam tanda kutip istimewa dibandingkan napi lain?" kata Almas di Jakarta, Minggu (29/7/2018). Menurut Almas, terbongkarnya kasus fasilitas ...